Teori gestalt
berkembang di jerman dengan pendiri utamanya adalah Max Wertherimer.
Tokoh-tokoh lainnya yang juga terkenal adalah Wofgang Kolher, kurt Koffa dan
Kurt Lewin. Perkataan Gestalt dalam bahasa Jerman berarti suatu konfigurasi,
pola, kesatuan, atau keseluruhan. Prinsip utama Gestalt menekankan keseluruhan
lebih dari jumlah bagian-bagian. Suatu keseluruhan membentuk suatu yang
bermakna. Menurut teori Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhan,
kemudian kepada bagian-bagian yang mempunyai hubungan sama lain. Dalam belajar
siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya.
Ada suatu hukum yang terkenal dari teori Gestalt yaitu Hukum Pragnanz yaitu
keterdekatan, seimbang atau harmonis. Belajar merupakan upaya mencari dan
menemukan Pragnanz, keteraturan, keharmonisan dari sesuatu yang dipelajari.
Untuk menemukan Pragnanz diperlukan adanya pemahaman atau insight. Menutrut
Ernest Hilgard ada enam ciri dari belajar yang mengandunng pemahaman yaitu: 1).
Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar, 2). Pemahaman dipengaruhi oleh
pengalaman belajar yang lalu, 3). Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi,
4). Pengalaman diperoleh dari usaha coba-coba, 5). Belajar dengan pemahaman
dapat diulangi. 6). Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi
lain.
Dalam
pelaksanaan mengajar dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan bagian-bagian
bahan ajaran, tetapi satu kesatuan yaitu memberikan suatu kesatuan situasi atau
bahan yang mengandung persoalan-persoalan. Anak harus berusaha menemukan
hubungan antarbagian, memperoleh insight agar anak dapat memahami keseluruhan
situasi atau bahan tersebut.
Para psikolog
Gestalt memandang belajar sebagai problem khusus dalam persepsi. Mereka
mengasumsikan bahwa ketika suatu organisme berhadapan dengan sebuah probelm,
akan muncul keadaan disekuilibrium kognitif dan keadaan ini akan terus
berlanjut sampai problem terselesaikan. Karenanya, menurut psikolog Gestalt
disekuilibrium kognitif mengandung unsur motivasionalyang menyebabkan organisme
berusaha untuk mendapatkan kembali keseimbangan dalam sistem mentalnya. Dapat
dikatakan bahwa problem akan memunculkan stimulus yang terus ada sampai problem
terpecahkan, dan setelah terpecahkan stimulus itu akan berhenti. Gestaltis
berpendapat bahwa problem yng tidak selesai akan menimbulkan ambiguitas atau
ketidakseimbangan organisasional dalam pikiran siswa. Siswa yang berhadapan
dengan problem akan berusaha mencari informasi baru atau menata ulang informasi
lama sampai mereka mendapatkan wawasan yang mendalam tentang solusinya.
Belajar menurut
Gestaltis adalah fenomena kognitif. Organisme mulai melihat solusi setelah
memikirkan problem. Pembelajar memikirkan semua unsur yang dibutuhkan untuk
memecahkan problem dan menempatkannya bersama (secara kognitif) dalam satu cara
dan kemudian ke cara-cara lainnya sampai problem terpecahkan. Ketika solusi
muncul organisme mendapatkan wawasan (insight) tentang solusi problem.
Biasanya dibutuhkan waktu yang agak lama sebelum solusi yang berwawasan (insightful
solution) dapat ditemukan. Penjelasan psikolog Gestalt dalam hal ini mirip
dengan konsep belajar trial- and- error, namun mereka menyebut belajar trial-
and- error sebagai kognitif bukan behavioral. Menurut mereka organisme
menguji sejumlah hipotesis tentang cara paling efektif untuk memecahkan
problem. Ketika cara yang benar telah ditemukan maka muncul wawasan atau
pengetahuan yang mendalam. Agar belajar mendalam ini dapat terjadi, organisme
itu harus dihadapkan pada semua elemen problem, jika tidak, prilakunya tampak
tidak terarah.
Insightful
learning (belajar berwawasan) dianggap
memiliki empat karakteristik: (1) transisi dari prasolusi ke solusi terjadi
secara komplit; (2) kinerja berdasarkan solusi diperoleh dengan pengertian
mendalam; (3) solusi untuk suatu problem yang diperoleh melalui wawasan
mendalam ini akan diingat dalam waktu yang cukup lama; (4) prinsip yang
diperoleh melalui wawasan mendalam ini mudah diaplikasikan ke problem lainnya.
Sumber :
http://evamahyuni.blogspot.com/2011/09/teori-belajar-piaget-bruner-gestalt.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar