Pada awal pemunculan teori kepemimpinan
telah diidentifikasikan berbagai kondisi para pemimpin hebat Penampilan fisik,
inteligensia, dan kemampuan berbicara di kalangan publik merupakan ciri khas yang harus
dimiliki oleh para pemimpin. Pada waktu itu banyak diyakini bahwa orang bertubuh tinggi
lebih baik kemampuan memimpinnya dibandingkan dengan orang yang bertubuh pendek. Namun
belakangan ini telah terjadi pergeseran, cara pandang tidak lagi pada penampilan
fisik, melainkan pada gaya kepemimpinan. Griffin dan Ebert mengemukakan 3 (tiga) gaya
kepemimpinan, yaitu: (1) gaya otokratik (autocratic style), (2) gaya demokratik (democratic
style), dan (3) gaya bebas terkendali (free-rein
style).
Pemimpin dengan gaya otokratik pada umumnya memberikan perintah- perintah dan meminta bawahan untuk mematuhinya. Para
komandan militer di medan perang umumnya menerapkan gaya ini. Pemimpin yang
menerapkan gaya ini tidak memberikan cukup waktu kepada para bawahan untuk bertanya dan
hal ini lebih sesuai pada situasi yang memerlukan kecepatan dalam pengambilan keputusan.
Gaya ini juga cocok untuk diterapkan pada situasi di mana pimpinan harus cepat mengambil
keputusan sehubungan adanya desakan para pesaing. Gaya otokratik ini tidak selalu
jelek seperti persepsi orang selama ini. Untuk menghadapi anggota tim yang malas, tidak
disiplin, susah diatur, dan selalu menjadi trouble maker, gaya kepemimpinan otokratik
sangat tepat untuk digunakan oleh seorang ketua tim.
Pemimpin dengan gaya demokratik pada umumnya meminta masukan kepada para bawahan/stafnya terlebih dahulu sebelum
mengambil keputusan, namun pada akhirnya menggunakan kewenangannya dalam
mengambil keputusan. Sebagai contoh, seorang manajer teknik di bagian produksi
melontarkan gagasannya terlebih dahulu kepada kelompok yang berhubungan dengan
pekerjaan tersebut untuk mendapatkan tanggapan dan atau masukan sebelum mengambil
keputusan
Pemimpin dengan gaya bebas terkendali pada umumnya memposisikan dirinya sebagai konsultan bagi para bawahannya
dan cenderung memberikan kewenangan kepada para bawahan untuk mengambil keputusan.
Dengan gaya ini seorang pemimpin lebih menekankan kepada unsur keyakinan bahwa
kelompok pekerja telah dapat dipercaya karena seringnya menyampaikan pendapat
dan gagasannya, telah mengetahui apa yang harus dikerjakan dan mengetahui bagaimanamengerjakannya
sehingga pemimpin hanya tut wuri handayani (broad based management).
Ketiga gaya kepemimpinan tersebut dapat
digunakan oleh seorang ketua tim sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Situasi
di sini meliputi waktu, tuntutan pekerjaan, kemampuan bawahan, pimpinan, teman
sekerja, kemampuan dan harapan-harapan bawahan, serta kematangan bawahan. Beck
dan Neil Yeager (2000) mengemukakan empat gaya kepemimpinan yang lazim disebut
kepemimpinan situasional (situational leadership) berdasarkan interaksi antara pengarahan
(direction) dengan pembantuan (support) yang digambarkan sebagai berikut:
Secara universal, pola hubungan tersebut
dapat dideskripsikan sebagai suatu pola hubungan antara tinggi rendahnya
hubungan perilaku (relationship behavior) manusia dengan tinggi rendahnya perilaku pekerjaan (task
behavior). Berdasarkan pola hubungan tersebut, maka notasi gaya kepemimpinan digambarkan sebagai
berikut:
NOTASI
DESKRIPSI
S1 Telling (Directing/Structuring)
S2 Selling (Problem Solving/Coaching)
S3 Participating
(Developing/Encouraging)
S4 Delegating
Keterangan :
S1.
Telling (Directing/Structuring)
Seorang pemimpin yang senang mengambil
keputusan sendiri dengan memberikan instruksi yang jelas dan mengawasinya
secara ketat serta memberikan penilaian kepada mereka yang tidak melaksanakannya sesuai
dengan yang apa anda harapkan. Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah dalam
kejelasan tentang apa yang diinginkan, kapan keinginan itu harus dilaksanakan, dan
bagaimana caranya.
Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini
adalah selalu ingin mendominasi semua persoalan sehingga ide dan gagasan
bawahan tidak berkembang. Semua persoalan akan bermuara kepada sang pemimpin sehingga
mengundang unsur ketergantungan yang tinggi padanya.
Gunakanlah S1 apabila situasi dan
bawahan adalah sebagai berikut:
Orang baru yang mempunyai pengalaman
terbatas untuk mengerjakan apa yang diminta
Orang yang tidak memiliki motivasi dan
kemauan untuk mengerjakan apa yang diharapkan.
Orang yang merasa tidak yakin dan
kurang percaya diri.
Orang yang bekerja di bawah standar
yang telah ditentukan.
S2.
Selling (Coaching)
Seorang pemimpin yang mau melibatkan
bawahan dalam pembuatan suatu keputusan. Pemimpin bersedia membagi
persoalan dengan bawahannya, dan sebaliknya persoalan dari bawahan selalu
didengarkan serta memberikan pengarahan mengenai apa yang seharusnya dikerjakan. Kekuatan
gaya kepemimpinan ini adalah adanya keterlibatan bawahan dalam memecahkan suatu
masalah sehingga mengurangi unsur
ketergantungan kepada pemimpin.
Keputusan yang dibuat akan lebih mewakili Tim daripada pribadi.
Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini
adalah tidak tercapainya efisiensi yang tinggi dalam proses pengambilan
keputusan. Gunakanlah S2 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:
Orang yang respek terhadap kemampuan
dan posisi pemimpin.
Orang yang mau berbagi tanggung jawab
dan dekat dengan pemimpin.
Orang yang belum dapat melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan standar yang
berlaku.
Orang yang mempunyai motivasi untuk
meminta semacam pelatihan atau training agar
dapat bekerja dengan lebih baik.
S3.
Participating (Developing/Encouraging)
Salah satu ciri dari gaya kepemimpinan
ini adalah adanya kesediaan dari pemimpin untuk memberikan kesempatan bawahan agar
dapat berkembang dan bertanggungjawab serta memberikan dukungan sepenuhnya
mengenai apa yang mereka perlukan. Kekuatan gaya kepemimpinan ini adalah adanya
kemampuan yang tinggi dari pemimpin untuk menciptakan suasana yang menyenangkan
sehingga bawahan merasa senang, baik dalam menyampaikan masalah maupun hal- hal
lain yang tidak dapat mereka putuskan. Pemimpin selalu memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk dapat berkembang.
Kelemahan gaya kepemimpinan ini adalah
diperlukannya waktu yang lebih banyak dalam proses pengambilan keputusan.
Pemimpin harus selalu menyediakan waktu yang banyak untuk berdiskusi dengan bawahan.
Gunakanlah S3 apabila situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:
Orang yang dapat bekerja di atas
rata-rata kemampuan sebagian besar pekerja.
Orang yang mempunyai motivasi yang
kuat sekalipun pengalaman dan kemampuannya
masih harus ditingkatkan.
Orang yang mempunyai keahlian dan
pengalaman kerja yang sesuai dengan tugas yang
akan diberikan.
S4.
Delegating
Dalam gaya ini, pemimpin memberikan
banyak tanggung jawab kepada bawahan dan memberikan kesempatan kepada mereka
untuk memecahkan permasalahan. Kekuatan dari gaya kepemimpinan ini adalah terciptanya
sikap memiliki dari bawahan atas semua tugas yang diberikan. Pemimpin lebih merasa
santai sehingga mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan hal-hal lain yang memerlukan
perhatian lebih banyak.
Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini
adalah saat bawahan memerlukan keterlibatan pemimpin, maka ada kecenderungan ia akan
mengembalikan persoalannya kepada bawahan meskipun sebenarnya itu tugas pimpinan.
Gunakanlah S4 jika situasi dan kondisi
bawahan sebagai berikut:
Orang yang mempunyai motivasi, rasa
percaya diri yang tinggi dalam mengerjakan tugastugasnya.
Orang yang mempunyai pengalaman dan
keahlian memadai untuk mengerjakan tugas-tugas
yang sudah jelas dan rutin dilakukan.
Orang yang berani menerima tanggung
jawab untuk menyelesaikan suatu tugas.
Orang yang kinerjanya di atas
rata-rata para pekerja pada umumnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar