Pendekatan
saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013.
Sebelum mengetahui pengertian pendekatan saintifik, terlebih dahulu kita harus
mengetahui pengertian dari pendekatan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Pendekatan pembelajaran bukan merupakan suatu cara yang bisa guru lakukan langsung dikelas
melainkan suatu wadah yang didalamnya terdapat model pembelajaran dan strategi
pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru didalam pembelajaran. Jadi
Pendekatan pembelajaran hanya akan menjelaskan secara umum proses pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik adalah pembelajaran
yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah),
merumuskan pertanyaan dan merumuskan hipotesis, mencoba atau mengumpulkan data
(informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi atau menganalisis data telah
ada, kemudian menarik kesimpulan dan mengkomunikasikannya.
Penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru
diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan
semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan
dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori
Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan.
Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin &
Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan
pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan
proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan
kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga,
satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam
melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat,
dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di
atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam
pembelajaran menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa
belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata).
Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya
seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya
(Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan
berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus
yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke
dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa
pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada
atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus
yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi
antara asimilasi dan akomodasi.
Vygotsky,
dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta
didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun
tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada
dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat
perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
(Nur dan Wikandari, 2000:4).
Proses pembelajaran dikatakan ilmiah
jika memenuhi karakteristik berikut :
- Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
- Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
- Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
- Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
- Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat
atau nilai-nilai nonilmiah.Pendekatan nonilmiah dimaksud meliputisemata-mata
berdasarkan intuisi, akal sehat,prangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal
berpikir kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar