Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya faktor guru, faktor siswa,
sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
1. Faktor Guru
Guru adalah
komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.
Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu
tidak mungkin dapat diaplikasikan. Layaknya seorang prajurit di medan
pertempuran. Keberhasilan penerapan strategi berperang untuk menghancurkan
musuh akan sangat bergantung kepada kualitas prajurit itu sendiri. Demikian
juga dengan guru. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan
tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik
pembelajaran. Diyakini, setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan,
kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru yang
menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran, akan berbeda
dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan
kepada peserta didik. Masing-masing perbedaan tersebut dapat memengaruhi baik
dalam penyusunan strategi atau implementasi pembelajaran.
Guru, dalam
proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi
untuk siswa pada usia pendidikan dasar, tidak mungkin dapat digantikan oleh
perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer, dan lain sebagainya. Sebab,
siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan
bantuan orang dewasa.
Dalam proses
pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa
yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of
learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di
pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat
ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Norman Kirby (1981) menyatakan:
"One underlying emphasis should be noticeable: that the quality of the
teacher is the essential, constant feature in the success of any educational
system".
Menurut
Dunkin (1974), ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses
pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu: "teacher formative
experience, teacher training experience and teacher properties".
Teacher
formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup
guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek
ini di antaranya, meliputi tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar
belakang budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga dari mama guru itu berasal,
misalkan apakah guru itu berasal dari keluarga yang tergolong mampu atau tidak;
apakah mereka berasal dari keluarga harmonis atau bukan.
Teacher
training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan
dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya, pengalaman
latihan profesional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan, dan lain
sebagainya.
Teacher
properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru,
misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan
atau inteligensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik kemampuan dalam
pengelolaan pembelajaran termasuk di dalamnya kemampuan dalam merencanakan dan
evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.
Selain latar
guru seperti di atas, pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan
juga dapat pula memengaruhi proses pembelajaran. Guru yang menganggap mata
pelajaran IPS sebagai mata pelajaran hafalan, misalnya akan berbeda dalam
pengelolaan pembelajarannya dibandingkan dengan guru yang menganggap mata
pelajaran tersebut sebagai mata pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir; demikian juga dengan pelajaran matematika, banyak guru yang menganggap
sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Pandangan yang demikian
dapat memengaruhi cara penyajian mata pelajaran tersebut di dalam kelas
2. Faktor Siswa
Siswa adalah
organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.
Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi
tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu
sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak
sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Seperti
halnya guru, faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran dilihat
dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin
disebut pupil formative experiences serta faktor sifat yang dimiliki
siswa (pupil properties)
Aspek latar
belakang, meliputi jenis kelamin in siswa, tempat kelahiran dan tempat tinggal
siswa, tingkat social ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal
dan lain sebagainya; sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi
kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap
siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang termasuk berkemampuan
tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian
dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dan lain sebagainya. Sebaliknya
siswa yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi
belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran termasuk
menyelesaikan tugas, dan lain sebagainya. Perbedaan-perbedaan semacam itu
menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan
siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Demikian
juga halnya dengan tingkat-pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan
yang memadai tentang penggunaan bahasa standar, misalnya Akan memengaruhi
proses pembelajaran mereka dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki
tentang hal itu.
Sikap dan
penampilan siswa di dalam kelas, juga merupakan aspek lain yang dapat
memengaruhi proses pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat aktif
(hyperkinetic) dan ads pula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga
ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu
Akan memengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab, bagaimanapun faktor
siswa dan guru merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi
pembelajaran.
3. Faktor
Sarana dan Prasarana
Sarana
adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran
proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran,
perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya; sedangkan prasarana adalah segala
sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
pembelajaran, misalnya, jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil,
dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana Akan membantu guru dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran; dengan demikian sarana dan prasarana
merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Terdapat
beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dam
prasarana. Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah
dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu
sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai proses pengaturan
lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Apabila mengajar
dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana
pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pecan secara efektif
dan efisien; sedangkan manakala mengajar dipandang sebagai proses mengatur
lingkungan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkan sarana yang berkaitan
dengan berbagai sumber belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan
demikian, ketersediaaan sarana yang lengkap, memungkinkan guru memiliki
berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi mengajarnya;
dengan demikian ketersediaan ini dapat meningkatkan gairah mengajar mereka.
Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada
siswa untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya memiliki gaya belajar yang
berbeda. Siswa yang bertipe auditif akan lebih mudah belajar melalui
pendengaran; sedangkan tipe siswa yang visual akan lebih mudah belajar melalui
penglihatan. Kelengakapan sarana dan prasarana akan memudahkan siswa menentukan
pilihan dalam belajar.
4. Faktor
Lingkungan
Dilihat dari
dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran,
yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis.
Faktor
organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas
merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran. Organisasi
kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:
a.
Sumber daya
kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa sehingga waktu yang
tersedia akan semakin sempit.
b. Kelompok
belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya
yang ada. Misalnya, dalam penggunaan waktu diskusi; jumlah siswa yang terlalu
banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan pikiran akan
sulit didapatkan dari setiap siswa.
c.
Kepuasan
belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini disebabkan kelompok
belajar yang terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari
setiap guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah.
d. Perbedaan
individu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan semakin sukar
mencapai kesepakatan. Kelompok yang terlalu besar cenderung akan terpecah ke
dalam sub-sub kelompok yang saling bertentangan.
e.
Anggota
kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang
terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.
f.
Anggota
kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan
berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
Memperhatikan
beberapa kecenderungan di atas, maka jumlah anggota kelompok besar akan kurang
menguntungkan dalam menciptakan iklim belajar mengajar yang baik.
Faktor lain
dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah
faktor iklim sosial-psikologis, maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara
orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi
secara internal atau eksternal.
Iklim
sosial-psikologis secara internal, adalah hubungan antara orang yang terlibat
dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa;
antara siswa dengan guru; antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan
pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologis eksternal adalah keharmonisan
hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah
dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat,
dan lain sebagainya.
Sekolah yang
memiliki hubungan yang baik secara internal, yang ditunjukkan oleh kerja sama
antar guru, saling menghargai dan saling membantu, maka memungkinkan iklim
belajar menjadi sejuk dan tenang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar
siswa. Sebaliknya, manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh
dengan ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan memengaruhi psikologis
siswa dalam belajar. Demikian juga sekolah yang memiliki hubungan yang baik
dengan lembaga-lembaga luar akan menambah kelancaran program-program sekolah
sehingga upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan
mendapat dukungan dari pihak lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar