Kamis, 12 Januari 2017

Teori Belajar Gestalt








Teori gestalt berkembang di jerman dengan pendiri utamanya adalah Max Wertherimer. Tokoh-tokoh lainnya yang juga terkenal adalah Wofgang Kolher, kurt Koffa dan Kurt Lewin. Perkataan Gestalt dalam bahasa Jerman berarti suatu konfigurasi, pola, kesatuan, atau keseluruhan. Prinsip utama Gestalt menekankan keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian. Suatu keseluruhan membentuk suatu yang bermakna. Menurut teori Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhan, kemudian kepada bagian-bagian yang mempunyai hubungan sama lain. Dalam belajar siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
   Ada suatu hukum yang terkenal dari teori Gestalt yaitu Hukum Pragnanz yaitu keterdekatan, seimbang atau harmonis. Belajar merupakan upaya mencari dan menemukan Pragnanz, keteraturan, keharmonisan dari sesuatu yang dipelajari. Untuk menemukan Pragnanz diperlukan adanya pemahaman atau insight. Menutrut Ernest Hilgard ada enam ciri dari belajar yang mengandunng pemahaman yaitu: 1). Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar, 2). Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu, 3). Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi, 4). Pengalaman diperoleh dari usaha coba-coba, 5). Belajar dengan pemahaman dapat diulangi. 6). Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain.
Dalam pelaksanaan mengajar dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan bagian-bagian bahan ajaran, tetapi satu kesatuan yaitu memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan. Anak harus berusaha menemukan hubungan antarbagian, memperoleh insight agar anak dapat memahami keseluruhan situasi atau bahan tersebut.
Para psikolog Gestalt memandang belajar sebagai problem khusus dalam persepsi. Mereka mengasumsikan bahwa ketika suatu organisme berhadapan dengan sebuah probelm, akan muncul keadaan disekuilibrium kognitif dan keadaan ini akan terus berlanjut sampai problem terselesaikan. Karenanya, menurut psikolog Gestalt disekuilibrium kognitif mengandung unsur motivasionalyang menyebabkan organisme berusaha untuk mendapatkan kembali keseimbangan dalam sistem mentalnya. Dapat dikatakan bahwa problem akan memunculkan stimulus yang terus ada sampai problem terpecahkan, dan setelah terpecahkan stimulus itu akan berhenti. Gestaltis berpendapat bahwa problem yng tidak selesai akan menimbulkan ambiguitas atau ketidakseimbangan organisasional dalam pikiran siswa. Siswa yang berhadapan dengan problem akan berusaha mencari informasi baru atau menata ulang informasi lama sampai mereka mendapatkan wawasan yang mendalam tentang solusinya.
Belajar menurut Gestaltis adalah fenomena kognitif. Organisme mulai melihat solusi setelah memikirkan problem. Pembelajar memikirkan semua unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan problem dan menempatkannya bersama (secara kognitif) dalam satu cara dan kemudian ke cara-cara lainnya sampai problem terpecahkan. Ketika solusi muncul organisme mendapatkan wawasan (insight) tentang solusi problem. Biasanya dibutuhkan waktu yang agak lama sebelum solusi yang berwawasan (insightful solution) dapat ditemukan. Penjelasan psikolog Gestalt dalam hal ini mirip dengan konsep belajar trial- and- error, namun mereka menyebut belajar trial- and- error sebagai kognitif bukan behavioral. Menurut mereka organisme menguji sejumlah hipotesis tentang cara paling efektif untuk memecahkan problem. Ketika cara yang benar telah ditemukan maka muncul wawasan atau pengetahuan yang mendalam. Agar belajar mendalam ini dapat terjadi, organisme itu harus dihadapkan pada semua elemen problem, jika tidak, prilakunya tampak tidak terarah.
Insightful learning (belajar berwawasan) dianggap memiliki empat karakteristik: (1) transisi dari prasolusi ke solusi terjadi secara komplit; (2) kinerja berdasarkan solusi diperoleh dengan pengertian mendalam; (3) solusi untuk suatu problem yang diperoleh melalui wawasan mendalam ini akan diingat dalam waktu yang cukup lama; (4) prinsip yang diperoleh melalui wawasan mendalam ini mudah diaplikasikan ke problem lainnya.

Sumber :
http://evamahyuni.blogspot.com/2011/09/teori-belajar-piaget-bruner-gestalt.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar