Selasa, 27 Januari 2015

Pendidikan Karakter dimulai dari Keluarga



Pendidikan Karakter dimulai dari Keluarga

Saat ini kita melihat fenomena sekarang di berbagai media, merajalela nya tindak kekerasan, kriminalitas tinggi, juga problem korupsi yang tak kunjung henti telah menjadi hidangan sehari-hari bangsa ini. Selain itu, yang tidak kalah menghawatirkan adalah banyak tontonan-tontonan yang tidak mendidik seperti sinetron, bahkan kartun sekalipun yang ditayangkan pada jam anak-anak biasanya sering menonton. Tanpa kita sadari, tontonan yang tidak mendidik bagi anak memberikan dampak yang tidak baik juga. Tayangan-tayangan yang dilihat tersebut akan di proses di dalam otak dan akan di ingat oleh anak. Penanaman nilai-nilai yang masih kurang dari keluarga serta kurang nya peran dari orang tua dalam mengawasi anaknya bisa memungkinkan sewaktu-waktu anak melakukan hal-hal yang tidak baik, yang dia lihat dari tayangan tv. Seperti yang terjadi belum lama ini, dimana siswa SMP yang “menembak” siswi SD dengan cara yang tidak semestinya dilakukan oleh anak seumuran mereka, sama seperti adegan-adegan yang sering muncul di sinetron-sinetron.
Bagaimana anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik, jika dalam gambaran kehidupan sehari-hari disajikan tontonan seperti yang disebutkan di atas. Keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan dalam keluarga memiliki peranan penting dalam membentuk karakter anak. Keluarga memiliki peranan yang besar dalam pembinaan pola perilaku dan internalisasi nilai yang normatif. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter.
Pendidikan karakter menurut Sutrisnowati perlu dilakukan sejak dini karena anak merupakan gambaran awal manusia menjadi manusia, di mana usia dua tahun pertama merupakan masa kritis bagi pembentukan pola penyesuaian personal dan sosial. Bila dasar-dasar kebajikan gagal ditanamkan pada anak usia dini, maka dia akan menjadi orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebajikan. Di sini pendidikan karakter (suatu penilaian subjektif seseorang terhadap orang lain pada kualitas mental dan moral, atau yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat diterima oleh masyarakat) menjadi penting dan menjadi suatu kebutuhan bagi bangsa ini guna menumbuhkan kebajikan dan menghapus budaya negatif yang kian menjamur. Pola asuh sehari-hari menjadi faktor yang tidak bisa lepas dalam perkembangan karakter seseorang, karena berawal dari sinilah anak mengenal lingkungan juga pendidikan meski secara bawaan setiap individu memiliki potensi terkait dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan.
Segala perilaku orang tua dan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarga pasti berpengaruh dalam pembentukan kepribadian atau karakter seorang anak. Perilaku ini menyangkut bagaimana kasih sayang, sentuhan, kelekatan emosi orang tua terutama ibu, serta penanaman nilai-nilai dapat mempengaruhi kepribadian anak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak.
Ada beberapa hal yang dilakukan oleh seorang ibu dalam membentuk karakter anak yang baik. Pertama yaitu, pola asuh dalam pendidikan karakter anak di keluarga. Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya (Latifah;2011). Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak. Jadi gaya yang diprankan orang tua dalam mengembangkan karakter anak sangat penting, apakah ia otoriter, demokratis atau permisif.
Kedua, kelekatan psikologis antara ibu dan anak. Seorang ibu perlu menjalin dan mempererat kedekatan psikologis dari anak yang dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana seperti menanyakan bagaimana dia di sekolahnya, menanyakan pr nya, menanyakan kesulitan-kesulitannya di sekolah dsb. Kelekatan psikologis ini penting agar membentuk kepercayaan pada diri anak sehingga anak akan lebih terbuka, merasa diri di perhatikan, memunculkan rasa aman, dsb.
Ketiga, menanamkan dasar-dasar pendidikan akhlak. Dalam hal ini, keluarga mendidik anak menurut syariat yang diajarkan rasul yang tercermin dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Karena pada dasarnya manusia adalah baik, yang membuatnya menjadi tidak baik adalah lingkungannya. Oleh karena itu, pendidikan akhlak yang berdasarkan syariat Islam wajib dilakukan oleh keluarga, khusunya orang tua.
Anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah pada orang tua nya. Sudah menjadi tanggung jawab bagi orang tua untuk menanamkan pendidikan karakter sejak dini untuk menghasilkan generasi muda yang lebih baik. Selain itu, orang tua juga harus memberi contoh yang baik dan menjadi teladan bagi anak nya, karena pada dasarnya anak-anak akan meniru apa yang hadir dalam kehidupannya sehari-hari.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar