Senin, 26 Januari 2015

Lingkungan Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara serta Peranannya


Lingkungan Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara serta Peranannya

Ki Hajar Dewantara, membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, dan kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan pendidikan. Ki Hajar Dewantara yang memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
1.             Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak. Di dalam keluarga, orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Kehidupan masa depan anak pada masyarakat tradisional umumnya tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang tuanya. Orang tua lah yang mengajar pengetahuan dan keterampilan yang dipelukan untuk hidup, orang tua pula yang melatih dan memberi petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan sampai anak menjadi dewasa dan mampu berdiri sendiri.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, pengajar dan pemberi contoh. Pendidikan keluarga antara lain berfungsi berfungsi:
           Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
           Menjamin kehidupan emosional anak
           Menanamkan dasar pendidikan moral
           Memberikan dasar pendidikan sosial.
           Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
Lingkungan keluarga sangat penting, oleh karena itu keluarga khusus nya orang tua perlu mendidik anak dengan optimal. Keluarga perlu membina dan mengembangkan perasaan sosial seperti hidup hemat, menghargai kebenaran, tenggang rasa, menolong orang lain, hidup damai dsb. Jelas bahwa lingkungan keluarga bukannya pusat penanaman dasar pendidikan watak pribadi saja, tetapi pendidikan sosial.

2.             Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Semakin maju suatu masyarakat maka semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, orang tua menitipkan anak nya di sekolah dimana ketika di sekolah, penanaman nilai-nilai pada anak-anak merupakan tanggung jawab sekolah.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
  • Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik. 
  • Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah. 
  • Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
  • Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.
  • Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.
3.             Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan dimana anak bertempat tinggal. Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah dimulai ketika anak-anak telah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Masyarakat juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal  anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak yang tinggal di desa. Anak yang tinggal di daerah kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan anak yang tinggal di desa yang cenderung bersikap statis dan lamban. Semua perbedaan sikap dan pola pikir di atas adalah akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.
Peran kelompok sebaya juga berpengaruh, setelah keluarga, terhadap pembentukan kepribadian. Yang dimaksud kelompok sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang bersamaan usianya , antara lain: kelompok bermain, kelompok gang, dsb. Dampak edukatif dari keanggotaan dalam kelompok sebaya antara lain karena interaksi sosial yang intensif dan dapat terjadi setiap waktu melalui peniruan dan mekanisme penerimaan/penolakan kelompok. Terdapat beberapa fungsi kelompok sebaya terhadap anggotanya, antara lain:
  • Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.
  • Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.
  • Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang dewasa.
  • Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari pengaruh kekuatan otoritas.
  • Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan hak.
  • Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-lain).
  • Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks.

Sumber diperoleh dari:
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar