Pendidikan Karakter dimulai dari Keluarga
Saat
ini kita melihat fenomena sekarang di berbagai media, merajalela nya tindak
kekerasan, kriminalitas tinggi, juga problem korupsi yang tak kunjung henti
telah menjadi hidangan sehari-hari bangsa ini. Selain itu, yang tidak kalah
menghawatirkan adalah banyak tontonan-tontonan yang tidak mendidik seperti
sinetron, bahkan kartun sekalipun yang ditayangkan pada jam anak-anak biasanya
sering menonton. Tanpa kita sadari, tontonan yang tidak mendidik bagi anak
memberikan dampak yang tidak baik juga. Tayangan-tayangan yang dilihat tersebut
akan di proses di dalam otak dan akan di ingat oleh anak. Penanaman nilai-nilai
yang masih kurang dari keluarga serta kurang nya peran dari orang tua dalam
mengawasi anaknya bisa memungkinkan sewaktu-waktu anak melakukan hal-hal yang
tidak baik, yang dia lihat dari tayangan tv. Seperti yang terjadi belum lama
ini, dimana siswa SMP yang “menembak” siswi SD dengan cara yang tidak semestinya
dilakukan oleh anak seumuran mereka, sama seperti adegan-adegan yang sering
muncul di sinetron-sinetron.
Bagaimana anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik, jika dalam
gambaran kehidupan sehari-hari disajikan tontonan seperti yang disebutkan di
atas. Keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama dalam meletakkan
dasar-dasar pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan dalam keluarga memiliki
peranan penting dalam membentuk karakter anak. Keluarga memiliki peranan yang
besar dalam pembinaan pola perilaku dan internalisasi nilai yang normatif. Apabila
keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit
bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk
memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat
pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter.
Pendidikan
karakter menurut Sutrisnowati perlu dilakukan sejak dini karena anak merupakan
gambaran awal manusia menjadi manusia, di mana usia dua tahun pertama merupakan
masa kritis bagi pembentukan pola penyesuaian personal dan sosial. Bila
dasar-dasar kebajikan gagal ditanamkan pada anak usia dini, maka dia akan
menjadi orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebajikan. Di sini
pendidikan karakter (suatu penilaian subjektif seseorang terhadap orang lain
pada kualitas mental dan moral, atau yang berkaitan dengan atribut kepribadian
yang dapat diterima oleh masyarakat) menjadi penting dan menjadi suatu
kebutuhan bagi bangsa ini guna menumbuhkan kebajikan dan menghapus budaya
negatif yang kian menjamur. Pola asuh sehari-hari menjadi faktor yang tidak
bisa lepas dalam perkembangan karakter seseorang, karena berawal dari sinilah
anak mengenal lingkungan juga pendidikan meski secara bawaan setiap individu
memiliki potensi terkait dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan.
Segala perilaku orang tua dan pola asuh yang diterapkan di dalam keluarga
pasti berpengaruh dalam pembentukan kepribadian atau karakter seorang anak.
Perilaku ini menyangkut bagaimana kasih sayang, sentuhan, kelekatan emosi orang
tua terutama ibu, serta penanaman nilai-nilai dapat mempengaruhi kepribadian
anak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik
kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan
sosial di masa dewasanya kelak.
Ada beberapa hal yang dilakukan oleh seorang ibu dalam membentuk karakter
anak yang baik. Pertama yaitu, pola asuh dalam pendidikan karakter anak di keluarga.
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada
anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada
anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak
dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum
dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan
lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak
dapat hidup selaras dengan lingkungannya (Latifah;2011). Dengan kata lain, pola
asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan
karakter anak. Jadi gaya yang diprankan orang tua dalam mengembangkan karakter
anak sangat penting, apakah ia otoriter, demokratis atau permisif.
Kedua, kelekatan psikologis antara ibu dan anak. Seorang ibu perlu
menjalin dan mempererat kedekatan psikologis dari anak yang dapat dilakukan
dengan hal-hal sederhana seperti menanyakan bagaimana dia di sekolahnya, menanyakan
pr nya, menanyakan kesulitan-kesulitannya di sekolah dsb. Kelekatan psikologis
ini penting agar membentuk kepercayaan pada diri anak sehingga anak akan lebih
terbuka, merasa diri di perhatikan, memunculkan rasa aman, dsb.
Ketiga, menanamkan dasar-dasar pendidikan akhlak. Dalam hal ini, keluarga
mendidik anak menurut syariat yang diajarkan rasul yang tercermin dalam Al-Qur’an
dan Sunnah. Karena pada dasarnya manusia adalah baik, yang membuatnya menjadi
tidak baik adalah lingkungannya. Oleh karena itu, pendidikan akhlak yang
berdasarkan syariat Islam wajib dilakukan oleh keluarga, khusunya orang tua.
Anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah pada orang tua nya. Sudah menjadi
tanggung jawab bagi orang tua untuk menanamkan pendidikan karakter sejak dini
untuk menghasilkan generasi muda yang lebih baik. Selain itu, orang tua juga
harus memberi contoh yang baik dan menjadi teladan bagi anak nya, karena pada
dasarnya anak-anak akan meniru apa yang hadir dalam kehidupannya sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar