Rabu, 26 November 2014

Progressivisme dan Pendidikan (Ref-MAT 3B-9)

Progressivisme dan Pendidikan

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat, dimana pendidikan menyumbang perkembangan pola pikir anggota masyarakat yang akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat itu sendiri. Perkembangan zaman yang ditopang oleh kemajuan ilmu dan teknologi dalam tatanan masyarakat membutuhkan kemajuan dalam pendidikan. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari pendidikan model filsafat progressivisme. Menurut Progressivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru. Pengalaman menurut Progressivisme bersifat dinamis dan temporal. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks ketika ia terjun ke masyarakat nanti.
Progressivisme dalam pendidikan adalah bagian dari gerakan reformasi umum sosial-politik yang menandai kehidupan Amerika di akhir abad XIX dan awal abad XX, disaat Amerika berusaha menyesuaikan diri dengan urbanisasi dan industrialisasi masif.
Progressivisme sebagai sebuah teori pendidikan muncul sebagai bentuk reaksi terbatas terhadap pendidikan tradisional yang menekankan metode-metode formal pengajaran, belajar mental (kejiwaan), dan kesusastraan klasik peradaban Barat.
Tokoh aliran progressivisme adalah John Dewey (1859-1952). Aliran ini berpendapat “bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan ataupun  masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya”.  Aliran filsafat pendidikan modern ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif dan di dukung oleh kecerdasannya sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah. Aliran ini mengakui dan mengembangkan asas progressivisme dalam sebuah kehidupan nyata. Tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus agar siswa dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat meghadapi masalah yang menekan atau mengancam dirinya sendiri. Progressivisme sebagai aliran pendidikan yang menghendaki implementasi sosial dalam dunia pendidikan. Gerakan pendidikan progressivisme di satu pihak hadir sebagai protes, dan di pihak lain sebagai visi atau pandangan. Pada awalnya, aliran ini hadir sebagai protes terhadap pendidikan yang bersifat otoriter, standarisasi metode pendidikan yang ditetapkan oleh psikologi pendidikan (metode latihan dan disiplin formal).
Para pendidik progressivisme ini mecoba untuk mereformasi metode pendidikan di sekolah dasar. Sebagaimana sekolah tradisional biasanya menekankan pelajaran terhadap subjek tertentu, membaca, menulis, aritmetika, geografi, sejarah dan tata bahasa. Guru mengajar atau mendiktekan pelajaran tersebut kemudian pelajar menuliskannya pada buku catatan masing-masing. Murid kemudian mempelajari inti pokok dari apa yang ada dalam buku catatan dan kemudian diperhadapkan kepada teks buku mereka. Guru menjalankan tugasnya sepanjang pelajaran berlangsung kecuali pada saat para murid diperintahkan untuk menghafalkan bahan pelajaran. Dan para murid duduk pada jajaran meja tulis dan mereka tidak boleh berbicara kecuali dengan ijin dari guru (Whitney, 1964: 716). Pada aliran progressivisme berusaha mereformasi metode-metode pendidikan tradisional dimana pelaksanaan pendidikan masih berpusat pada guru (teacher-centered) dan bahan ajar (subject-centered). Metode-metode tradisional seperti ini membuat siswa menjadi pasif dan siswa hanya belajar melalui ingatan-ingatan yang telah ia pelajari saja.
1.      Manusia sebagai subjek yang memiliki kemampuan menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya.
2.      Manusia mempunyai kemampuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan mengancam manusia itu sendiri.
3.      Pendidikan dianggap mampu untuk mengubah dan menyelamatkan manusia demi masa depan.
Tujuan pendidikan adalah agar anak dapat bekerja. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan seharusnya merupakan wadah bagi pengembangan bakat dan minat anak sepenuhnya, agar kelak anak memiliki keterampilan, pengalaman sosial dan memiliki pengalaman dalam memecahkan masalah. Dalam aliran progressivme, pendidikan berpusat pada siswa (student-centered) dimana siswa diberi kebebasan untuk bertindak maupun cara berpikir guna mengembangkan bakat dan keterampilan nya, tidak hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru. Maka tidak heran apabila pendidikan progresivisme selalu menenkankan tumbuh dan berkembangnya sikap mental dan pemikiran siswa dalam pemecahan masalah dan kepercayaan pada diri sendiri untuk seluruh siswa.
Tujuan pendidikan progressivisme adalah memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus-menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan masalah yang dapat digunakan oleh individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Proses belajar terpusatkan pada perilaku kooperatif dan disiplin diri, dimana kebudayaan sangat dibutuhkan dan sangat berfungsi dalam masyarakat.
Adapun yang menjadi prinsip pendidikan yang dianut oleh aliran progressivisme adalah:
-          Anak-anak dibiarkan berkembang bebas secara alami.
-          Perhatian, didorong langsung pada pengalaman, karean ini dianggap sebagai pendorong yang paling baik dalam pengajaran.
-          Guru harus menjadi seorang narasumber dan seorang pembimbing dan pengarah dalam aktivititas pembelajaran.
-          Sekolah seharusnya menjadi laboratorium bagi reformasi pendidikan dan tempat untuk bereksperimen (Ornstein dan Levine, 1985:203)

Peserta Didik
Dalam pendidikan progressivisme, di dalam kelas siswa bukanlah pelaku pasif yang hanya mendengarkan guru menerangkan pelajaran saja. Siswa belajar untuk hidup di masa depan, bukan hanya saat ini. Untuk itu siswa membutuhkan seorang pendidik, bukan pengajar. Pendidikan di sekolah tidak hanya berfokus pada pengajaran materi pelajaran saja. Pendidikan seharusnya tidak menuntut siswa untuk selalu menerapkan study oriented, karena pada kenyataannya yang di butuhkan siswa di masa mendatang (untuk bekerja dan sebagainya) adalah sebuah penerapan (praktek). Siswa merupakan bagian dari lingkungan (masyarakat), hidup dalam interaksi dengan segala yang ada di dalam lingkungan.
Berkenaan dengan ini, para pendidik (ahli pendidikan) yang memiliki suatu orientasi progesif memberi kepada siswa sejumlah kebebasan dalam menentukan pengalaman-pengalaman sekolah mereka. Di kelas anak diberi kebebasan dari tekanan pengajaran dengan menggunakan sistem hafalan, pendiktean bahan pelajaran dan otorisasi terhadap buku teks. Anak akan belajar lebih baik ketika bekerja dan menemukan sendiri cara belajar mereka dan bersungguh-sungguh atas apa yang dipelajari, sebaliknya siswa tidak akan belajar dengan baik apabila mereka ditekan untuk menghafal dan mengingat berbagai macam fakta-fakta yang dianggap percuma.
Sekalipun demikian, pendidikan progesif tidak berarti bahwa para guru tidak memberi struktur atau para siswa bebas melaksanakan apapun yang mereka inginkan. Guru memiliki peran sebagai fasilitator, pembimbing dan pengarah. Guru-guru progesif menilai dengan posisi dimana keberadaaan seorang siswa dan, melalui interaksi keseharian di kelas, mengarahkan siswa untuk melihat bahwa mata pelajaran yang akan dipelajari dapat meningkatkan kehidupan mereka
Untuk itu proses pembelajaran di dalam kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta situasi kelas diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Anak juga dapat mencari berbagai materi belajar dari berbagai sumber dan dapat menyelesaikan persoalan secara kelompok. Dengan begitu anak dapat melakukan diskusi, drama dan pengalaman belajar lain dari teman sebayanya dapat dilakukan disamping pelajaran dan kegiatan menghafal. Dari sini diharapkan siswa menjadi seseorang yang mandiri, independen (berdiri sendiri) dan pemikir yang percaya diri.

Pendidik
Menurut progessivisme proses pendidikan harus mengetahui kemampuan yang ada pada siswa yang akan dikembangkan, selain itu guru juga harus mengetahui kemana anak didik itu harus di arahkan.
Pada pembelajaran yang berpusat pada anak, guru hanya mempunyai peranan-peranan sebagai berikut:
-          Fasilitator,  guru menyediakan dirinya untuk memberikan jalan kepada siswa untuk kelancaran proses belajarnya.
-          Motifator, guru mampu membangkitkan minat siswa untuk giat belajar dapat mengeluarkan semua kemampuan yang ada dalam diri siswa.
-          Konselor, guru dapat membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang telah dihadapi setiap siswa dalam kegiatan belajar sendiri.
Dalam proses pendidikan peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa. Kebutuhan dan minat siswa yang akan menentukan apa yang mereka pelajari. Anak dibiarkan untuk merencanakan perkembangan diri sendiri, dan guru harus membimbing kegiatan belajar. Guru perlu mengenali siswa terutama apabila dia memerlukan bantuan khusus. Guru perlu memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa agar dapat melaksanakan peran nya dengan baik dan tepat.

Sekolah
     "Pendidikan gagal karena mengabaikan prinsip dasar sekolah sebagai bentuk kehidupan masyarakat. Disekolah sebagai tempat di mana informasi tertentu yang akan diberikan, di mana pelajaran tertentu harus dipelajari, atau di mana kebiasaan tertentu akan dibentuk ". Dewey merasa bahwa pendidikan merupakan konstruksi sosial, karena itu merupakan bagian dari masyarakat dan harus mencerminkan masyarakat.
Sekolah seharusnya dapat memberi jaminan kepada siswanya selama ia belajar bahwa sekolah harus mampu untuk membantu siswa dalam tumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya melalui bimbingan guru. Selain itu siswa juga memiliki wadah untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran mereka. Oleh karena itu tujuan penyelenggaraan pendidikan dituangkan melalui kurikulum yang jelas dan tepat.
Selain itu pendidikan Progressivisme ini sekolah seharusnya tidak hanya memiliki satu ruang kelas, melainkan juga harus memiliki ruang kerja, laboratorium ilmu, studio, ruang seni, ruang masak, gedung olah-raga dan perkebunan. Dengan fasilitas ini, para pengajar Progressivisme yakin bahwa dengan prosedural pengadaan fasilitas ini akan secara otomatis membangun fisik, sosial, emosi alamiah mereka sebagaimana adanya (Whitney, 1964: 717).

Kurikulum pendidkan
Menurut Dewey, kurikulum di sekolah harus mencerminkan perkembangan siswa dalam masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum haruslah fleksibel, tidak kaku, dapat berubah dan tidak terikat oleh doktrin tertentu. Kurikulum harus mewadahi aspirasi siswa sehingga kurikulum dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan siswa. Jadi, ketertarikan siswa adalah tolak ukur bagi pengalaman belajar. Dalam pembelajaran, guru menggunakan ketertarikan alamiah siswa untuk membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginannya. Selain itu kurikulum juga mempunyai nilai edukatif, yang memperhatikan semua bahan ajar dapat membantu perkembangan anak yang mencakup perkembangan minat berpikir mauupun kemampuan praktis. Pada akhirnya, anak akan mendapatkan apa yang dibutuhkannya untuk menjalani kehidupan sosial.

Metode Pendidikan
            Metode pendidikan yang biasanya digunakan oleh aliran progressivisme diantaranya adalah:
-     Metode Pendidikan aktif, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan minat secara alamiah dan kegiatan yng diperlukan oleh anak.
-    Metode Memonitor Kegiatan Belajar, mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut
-      Metode Penelitian Ilmiah, pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep
-        Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan
Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperan pula sebagai laboratoriun pengembangan siswa.
-        dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar