Rabu, 26 November 2014

Aliran Progressivisme (MAT 3B-9)

Aliran Progressivisme

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat, dimana pendidikan menyumbang perkembangan pola pikir anggota masyarakat yang akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat itu sendiri. Perkembangan zaman yang ditopang oleh kemajuan ilmu dan teknologi dalam tatanan masyarakat membutuhkan kemajuan dalam pendidikan. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari pendidikan model filsafat progressivisme.
Tokoh aliran progressivisme adalah John Dewey (1859-1952). Aliran ini berpendapat “bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan ataupun  masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya”.  Aliran filsafat pendidikan modern ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif dan di dukung oleh kecerdasannya sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah. Aliran ini mengakui dan mengembangkan asas progressivisme dalam sebuah kehidupan nyata. Tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus agar siswa dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.
Para pendidik progressivisme ini mecoba untuk mereformasi metode pendidikan di sekolah dasar. Sebagaimana sekolah tradisional biasanya menekankan pelajaran terhadap subjek tertentu, membaca, menulis, aritmetika, geografi, sejarah dan tata bahasa. Guru mengajar atau mendiktekan pelajaran tersebut kemudian pelajar menuliskannya pada buku catatan masing-masing. Murid kemudian mempelajari inti pokok dari apa yang ada dalam buku catatan dan kemudian diperhadapkan kepada teks buku mereka. Guru menjalankan tugasnya sepanjang pelajaran berlangsung kecuali pada saat para murid diperintahkan untuk menghafalkan bahan pelajaran. Dan para murid duduk pada jajaran meja tulis dan mereka tidak boleh berbicara kecuali dengan ijin dari guru (Whitney, 1964: 716). Pada aliran progressivisme berusaha mereformasi metode-metode pendidikan tradisional dimana pelaksanaan pendidkan masih berpusat pada guru (teacher-centered) dan bahan ajar (subject-centered). Metode-metode tradisional seperti ini membuat siswa menjadi pasif dan siswa hanya belajar melalui ingatan-ingatan yang telah ia pelajari saja.
Dalam aliran progressivme, pendidikan berpusat pada siswa (student-centered) dimana siswa diberi kebebasan untuk bertindak maupun cara berpikir guna mengembangkan bakat dan keterampilan nya. Maka tidak heran apabila pendidikan progresivisme selalu menenkankan tumbuh dan berkembangnya sikap mental dan pemikiran siswa dalam pemecahan masalah dan kepercayaan pada diri sendiri untuk seluruh siswa. Aliran ini menolak pengajaran yang bersifat otoriter karena mengakibatkan siswa kesulitan untuk berkembang. Di dalam kelas siswa perlu mengekspresikan apa yang ada di pikiran siswa, tidak hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru.
Teori Dewey tentang sekolah lebih menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajaran itu sendiri. Pendidikan progressivisme menekankan pada metode daripada materi. Siswa sebagai subjek didik yang aktif, bukan pasif. Di dalam kelas, guru hanya merupakan fasilitator, pembimbing dan pengarah. Kemudian aktifitas di sekolah tidak hanya berfokus pada pengajaran materi pelajaran tetapi juga pada aktivitas di kelas. Anak akan belajar lebih baik ketika bekerja dan menemukan sendiri cara belajar mereka. Anak juga dapat mencari berbagai materi belajar dan dapat menyelesaikan persoalan secara kelompok. Dengan begitu anak dapat melakukan diskusi, drama dan pengalaman belajar lain dari teman sebayanya dapat dilakukan disamping pelajaran dan kegiatan menghafal.
Adapun yang menjadi prinsip pendidikan yang dianut oleh aliran progressivisme adalah:
-          Anak-anak dibiarkan berkembang bebas secara alami.
-          Perhatian, didorong langsung pada pengalaman, karean ini dianggap sebagai pendorong yang paling baik dalam pengajaran.
-          Guru harus menjadi seorang narasumber dan seorang pembimbing dan pengarah dalam aktivititas pembelajaran.
-          Sekolah seharusnya menjadi laboratorium bagi reformasi pendidikan dan tempat untuk bereksperimen (Ornstein dan Levine, 1985:203)

Pendidikan
Pendidikan menurut John Dewey adalah partisipasi individu dalam kesadaran sosial dan perlombaan. Pendidikan perlu memperhitungkan bahwa siswa adalah makhluk sosial. Proses dimulai setelah kecil dengan secara tidak sadar anak memperoleh pengetahuan dan secara bertahap anak mengembangkan pengetahuan mereka untuk berbagi dan ikut serta dalam masyarakat.

Tujuan pendidikan
            Tujuan pendidikan adalah agar anak dapat bekerja. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan seharusnya merupakan wadah bagi pengembangan bakat dan minat anak sepenuhnya, agar kelak anak memiliki keterampilan, pengalaman sosial dan memiliki pengalaman dalam memecahkan masalah.

Sekolah
     "Pendidikan gagal karena mengabaikan prinsip dasar sekolah sebagai bentuk kehidupan masyarakat. Disekolah sebagai tempat di mana informasi tertentu yang akan diberikan, di mana pelajaran tertentu harus dipelajari, atau di mana kebiasaan tertentu akan dibentuk ". Dewey merasa bahwa pendidikan merupakan konstruksi sosial, karena itu merupakan bagian dari masyarakat dan harus mencerminkan masyarakat.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat memberi jaminan kepada siswanya selama ia belajar bahwa sekolah harus mampu untuk membantu siswa dalam tumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya melalui bimbingan guru. Oleh karena itu tujuan penyelenggaraan pendidikan dituangkan melalui kurikulum yang jelas dan tepat.

Kurikulum pendidkan
Menurut Dewey, kurikulum di sekolah harus mencerminkan perkembangan siswa dalam masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum haruslah fleksibel, tidak kaku, dapat berubah dan tidak terikat oleh doktrin tertentu. Kurikulum harus mewadahi aspirasi siswa sehingga kurikulum dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan siswa. Jadi, ketertarikan siswa adalah tolak ukur bagi pengalaman belajar. Dalam pembelajaran, guru menggunakan ketertarikan alamiah siswa untuk membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginannya. Pada akhirnya, anak akan mendapatkan apa yang dibutuhkannya untuk menjalani kehidupan sosial.

Peserta Didik
Di dalam kelas siswa bukanlah pelaku pasif yang hanya mendengarkan guru menerangkan pelajaran saja. Siswa belajar untuk hidup di masa depan, bukan hanya saat ini. Untuk itu siswa membutuhkan seorang pendidik, bukan pengajar. Pendidikan seharusnya tidak menuntut siswa untuk selalu menerapkan study oriented, karena pada kenyataannya yang di butuhkan siswa di masa mendatang (untuk bekerja dan sebagainya) adalah sebuah penerapan (praktek). Siswa merupakan bagian dari lingkungan (masyarakat), hidup dalam interaksi dengan segala yang ada di dalam lingkungan.
Untuk itu proses pembelajaran di dalam kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta situasi kelas diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis.

Metode Pendidikan
            Metode pendidikan yang biasanya digunakan oleh aliran progressivisme diantaranya adalah:
-          Metode Pendidikan aktif, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan minat secara alamiah dan kegiatan yng diperlukan oleh anak.
-          Metode Memonitor Kegiatan Belajar, mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut
-          Metode Penelitian Ilmiah, pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep
-          Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan
Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun pengembangan siswa.
-          dsb

Pendidik
Menurut progessivisme proses pendidikan harus mengetahui kemampuan yang ada pada siswa yang akan dikembangkan, selain itu guru juga harus mengetahui kemana anak didik itu harus di arahkan.
Pada pembelajaran yang berpusat pada anak, guru hanya mempunyai peranan-peranan sebagai berikut:
-          Fasilitator,  guru menyediakan dirinya untuk memberikan jalan kepada siswa untuk kelancaran proses belajarnya.
-          Motifator, guru mampu membangkitkan minat siswa untuk giat belajar dapat mengeluarkan semua kemampuan yang ada dalam diri siswa.
-          Konselor, guru dapat membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang telah dihadapi setiap siswa dalam kegiatan belajar sendiri.
Dalam proses pendidikan peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa. Kebutuhan dan minat siswa yang akan menentukan apa yang mereka pelajari. Anak dibiarkan untuk merencanakan perkembangan diri sendiri, dan guru harus membimbing kegiatan belajar. Guru perlu mengenali siswa terutama apabila dia memerlukan bantuan khusus. Guru perlu memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa agar dapat melaksanakan peran nya dengan baik dan tepat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar