Progressivisme
dan Pendidikan
Pendidikan
merupakan upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan berperan
penting dalam kehidupan bermasyarakat, dimana pendidikan menyumbang
perkembangan pola pikir anggota masyarakat yang akan berpengaruh terhadap
kehidupan sosial masyarakat itu sendiri. Perkembangan zaman yang ditopang oleh
kemajuan ilmu dan teknologi dalam tatanan masyarakat membutuhkan kemajuan dalam
pendidikan. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari pendidikan model filsafat
progressivisme. Menurut Progressivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru. Pengalaman menurut Progressivisme bersifat dinamis
dan temporal. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang
sangat kompleks ketika ia terjun ke masyarakat nanti.
Progressivisme dalam pendidikan adalah bagian dari
gerakan reformasi umum sosial-politik yang menandai kehidupan Amerika di akhir
abad XIX dan awal abad XX, disaat Amerika berusaha menyesuaikan diri dengan
urbanisasi dan industrialisasi masif.
Progressivisme sebagai sebuah teori pendidikan muncul
sebagai bentuk reaksi terbatas terhadap pendidikan tradisional yang menekankan
metode-metode formal pengajaran, belajar mental (kejiwaan), dan kesusastraan
klasik peradaban Barat.
Tokoh aliran progressivisme adalah John
Dewey (1859-1952). Aliran ini
berpendapat “bahwa manusia mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah
yang bersifat menekan ataupun
masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya”. Aliran filsafat pendidikan modern ini
memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Manusia memiliki
sifat dinamis dan kreatif dan di dukung oleh kecerdasannya sebagai bekal dalam
menghadapi dan memecahkan masalah. Aliran ini mengakui dan mengembangkan asas
progressivisme dalam sebuah kehidupan nyata. Tujuan pendidikan hendaknya
diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus agar siswa dapat
berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu menyesuaikan diri sesuai dengan
tuntutan dari lingkungan.
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh
pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan
yang wajar dan dapat meghadapi masalah yang menekan atau mengancam dirinya
sendiri. Progressivisme sebagai aliran pendidikan yang menghendaki implementasi
sosial dalam dunia pendidikan. Gerakan pendidikan progressivisme di satu pihak
hadir sebagai protes, dan di pihak lain sebagai visi atau pandangan. Pada
awalnya, aliran ini hadir sebagai protes terhadap pendidikan yang bersifat
otoriter, standarisasi metode pendidikan yang ditetapkan oleh psikologi
pendidikan (metode latihan dan disiplin formal).
Para pendidik progressivisme ini mecoba
untuk mereformasi metode pendidikan di sekolah dasar. Sebagaimana sekolah
tradisional biasanya menekankan pelajaran terhadap subjek tertentu, membaca,
menulis, aritmetika, geografi, sejarah dan tata bahasa. Guru mengajar atau
mendiktekan pelajaran tersebut kemudian pelajar menuliskannya pada buku catatan
masing-masing. Murid kemudian mempelajari inti pokok dari apa yang ada dalam
buku catatan dan kemudian diperhadapkan kepada teks buku mereka. Guru
menjalankan tugasnya sepanjang pelajaran berlangsung kecuali pada saat para
murid diperintahkan untuk menghafalkan bahan pelajaran. Dan para murid duduk
pada jajaran meja tulis dan mereka tidak boleh berbicara kecuali dengan ijin
dari guru (Whitney, 1964: 716). Pada aliran progressivisme berusaha mereformasi
metode-metode pendidikan tradisional dimana pelaksanaan pendidikan masih
berpusat pada guru (teacher-centered)
dan bahan ajar (subject-centered). Metode-metode
tradisional seperti ini membuat siswa menjadi pasif dan siswa hanya belajar
melalui ingatan-ingatan yang telah ia pelajari saja.
Ciri-ciri utama aliran
progressivisme antara lain:
1. Manusia sebagai subjek yang memiliki
kemampuan menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya.
2. Manusia mempunyai kemampuan untuk
mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan mengancam manusia itu
sendiri.
3. Pendidikan dianggap mampu untuk
mengubah dan menyelamatkan manusia demi masa depan.
Tujuan pendidikan adalah agar anak dapat bekerja.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan seharusnya merupakan wadah bagi
pengembangan bakat dan minat anak sepenuhnya, agar kelak anak memiliki
keterampilan, pengalaman sosial dan memiliki pengalaman dalam memecahkan
masalah.
Dalam aliran progressivme, pendidikan berpusat pada siswa (student-centered) dimana siswa diberi kebebasan untuk bertindak
maupun cara
berpikir guna mengembangkan bakat dan keterampilan nya, tidak hanya menerima
apa saja yang diberikan oleh guru. Maka tidak heran apabila pendidikan
progresivisme selalu menenkankan tumbuh dan berkembangnya sikap mental dan
pemikiran siswa dalam pemecahan masalah dan kepercayaan pada diri sendiri untuk
seluruh siswa.
Tujuan
pendidikan progressivisme adalah memberikan keterampilan dan alat-alat yang
bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses
perubahan secara terus-menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah
keterampilan pemecahan masalah yang dapat digunakan oleh individu untuk
menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Proses belajar terpusatkan
pada perilaku kooperatif dan disiplin diri, dimana kebudayaan sangat dibutuhkan
dan sangat berfungsi dalam masyarakat.
Adapun
yang menjadi prinsip pendidikan yang dianut oleh aliran progressivisme adalah:
-
Anak-anak
dibiarkan berkembang bebas secara alami.
-
Perhatian,
didorong langsung pada pengalaman, karean ini dianggap sebagai pendorong yang
paling baik dalam pengajaran.
-
Guru
harus menjadi seorang narasumber dan seorang pembimbing dan pengarah dalam
aktivititas pembelajaran.
-
Sekolah
seharusnya menjadi laboratorium bagi reformasi pendidikan dan tempat untuk
bereksperimen (Ornstein dan Levine, 1985:203)
Peserta Didik
Dalam pendidikan progressivisme, di dalam kelas siswa
bukanlah pelaku pasif yang hanya mendengarkan guru menerangkan pelajaran saja.
Siswa belajar untuk hidup di masa depan, bukan hanya saat ini. Untuk itu siswa
membutuhkan seorang pendidik, bukan pengajar. Pendidikan di sekolah tidak
hanya berfokus pada pengajaran materi pelajaran saja. Pendidikan seharusnya tidak menuntut
siswa untuk selalu menerapkan study
oriented, karena pada kenyataannya yang di butuhkan siswa di masa mendatang
(untuk bekerja dan sebagainya) adalah sebuah penerapan (praktek). Siswa
merupakan bagian dari lingkungan (masyarakat), hidup dalam interaksi dengan
segala yang ada di dalam lingkungan.
Berkenaan dengan ini, para pendidik (ahli pendidikan)
yang memiliki suatu orientasi progesif memberi kepada siswa sejumlah kebebasan
dalam menentukan pengalaman-pengalaman sekolah mereka. Di kelas anak diberi
kebebasan dari tekanan pengajaran dengan menggunakan sistem hafalan, pendiktean
bahan pelajaran dan otorisasi terhadap buku teks. Anak akan
belajar lebih baik ketika bekerja dan menemukan sendiri cara belajar mereka dan
bersungguh-sungguh atas apa yang dipelajari, sebaliknya siswa tidak akan
belajar dengan baik apabila mereka ditekan untuk menghafal dan mengingat
berbagai macam fakta-fakta yang dianggap percuma.
Sekalipun demikian, pendidikan progesif tidak berarti
bahwa para guru tidak memberi struktur atau para siswa bebas melaksanakan
apapun yang mereka inginkan. Guru memiliki peran sebagai fasilitator,
pembimbing dan pengarah. Guru-guru progesif menilai dengan posisi dimana
keberadaaan seorang siswa dan, melalui interaksi keseharian di kelas,
mengarahkan siswa untuk melihat bahwa mata pelajaran yang akan dipelajari dapat
meningkatkan kehidupan mereka
Untuk itu
proses pembelajaran di dalam kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah,
serta situasi kelas diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Anak juga dapat
mencari berbagai materi belajar dari berbagai sumber dan dapat menyelesaikan
persoalan secara kelompok. Dengan begitu anak dapat melakukan diskusi, drama
dan pengalaman belajar lain dari teman sebayanya dapat dilakukan disamping pelajaran
dan kegiatan menghafal. Dari sini diharapkan siswa menjadi seseorang yang
mandiri, independen (berdiri sendiri) dan pemikir yang percaya diri.
Pendidik
Menurut progessivisme proses
pendidikan harus mengetahui kemampuan yang ada pada siswa yang akan
dikembangkan, selain itu guru juga harus mengetahui kemana anak didik itu harus
di arahkan.
Pada pembelajaran yang berpusat pada
anak, guru hanya mempunyai peranan-peranan sebagai berikut:
-
Fasilitator, guru menyediakan dirinya untuk memberikan
jalan kepada siswa untuk kelancaran proses belajarnya.
-
Motifator,
guru mampu membangkitkan minat siswa untuk giat belajar dapat mengeluarkan
semua kemampuan yang ada dalam diri siswa.
-
Konselor,
guru dapat membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang
telah dihadapi setiap siswa dalam kegiatan belajar sendiri.
Dalam proses pendidikan peranan guru tidak langsung,
melainkan memberi petunjuk kepada siswa. Kebutuhan dan minat siswa yang akan
menentukan apa yang mereka pelajari. Anak dibiarkan untuk merencanakan
perkembangan diri sendiri, dan guru harus membimbing kegiatan belajar. Guru
perlu mengenali siswa terutama apabila dia memerlukan bantuan khusus. Guru
perlu memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa agar dapat
melaksanakan peran nya dengan baik dan tepat.
Sekolah
"Pendidikan
gagal karena mengabaikan prinsip dasar sekolah sebagai bentuk kehidupan
masyarakat. Disekolah sebagai tempat di mana informasi tertentu yang akan
diberikan, di mana pelajaran tertentu harus dipelajari, atau di mana kebiasaan
tertentu akan dibentuk ". Dewey merasa bahwa pendidikan merupakan
konstruksi sosial, karena itu merupakan bagian dari masyarakat dan harus
mencerminkan masyarakat.
Sekolah seharusnya dapat memberi
jaminan kepada siswanya selama ia belajar bahwa sekolah harus mampu untuk
membantu siswa dalam tumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan bagi siswa
untuk mengembangkan minat dan bakatnya melalui bimbingan guru. Selain itu siswa
juga memiliki wadah untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran mereka. Oleh karena itu tujuan
penyelenggaraan pendidikan dituangkan melalui kurikulum yang jelas dan tepat.
Selain itu pendidikan
Progressivisme ini sekolah seharusnya tidak hanya memiliki satu ruang kelas,
melainkan juga harus memiliki ruang kerja, laboratorium ilmu, studio, ruang
seni, ruang masak, gedung olah-raga dan perkebunan. Dengan fasilitas ini, para
pengajar Progressivisme yakin bahwa dengan prosedural pengadaan fasilitas ini
akan secara otomatis membangun fisik, sosial, emosi alamiah mereka sebagaimana
adanya (Whitney, 1964: 717).
Kurikulum pendidkan
Menurut Dewey, kurikulum di sekolah
harus mencerminkan perkembangan siswa dalam masyarakat. Oleh karena itu,
kurikulum haruslah fleksibel, tidak kaku, dapat berubah dan tidak terikat oleh
doktrin tertentu. Kurikulum harus mewadahi aspirasi siswa sehingga kurikulum
dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan siswa. Jadi, ketertarikan
siswa adalah tolak ukur bagi pengalaman belajar. Dalam pembelajaran, guru
menggunakan ketertarikan alamiah siswa untuk membantunya belajar berbagai
keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginannya. Selain
itu kurikulum juga mempunyai nilai edukatif, yang memperhatikan semua bahan
ajar dapat membantu perkembangan anak yang mencakup perkembangan minat berpikir
mauupun kemampuan praktis. Pada akhirnya, anak akan mendapatkan apa yang
dibutuhkannya untuk menjalani kehidupan sosial.
Metode Pendidikan
Metode
pendidikan yang biasanya digunakan oleh aliran progressivisme diantaranya
adalah:
- Metode
Pendidikan aktif, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak untuk
mengekspresikan minat secara alamiah dan kegiatan yng diperlukan oleh anak.
- Metode
Memonitor Kegiatan Belajar, mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri,
sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar
berlangsung kegiatan belajar tersebut
-
Metode
Penelitian Ilmiah, pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian
ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep
- Sekolah
Sebagai Laboratorium Pembaharuan
Pendidikan,
Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperan pula sebagai
laboratoriun pengembangan siswa.
- dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar