Aliran
Progressivisme
Pendidikan
merupakan upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan berperan
penting dalam kehidupan bermasyarakat, dimana pendidikan menyumbang
perkembangan pola pikir anggota masyarakat yang akan berpengaruh terhadap
kehidupan sosial masyarakat itu sendiri. Perkembangan zaman yang ditopang oleh
kemajuan ilmu dan teknologi dalam tatanan masyarakat membutuhkan kemajuan dalam
pendidikan. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari pendidikan model filsafat
progressivisme.
Tokoh aliran progressivisme adalah John
Dewey (1859-1952). Aliran ini
berpendapat “bahwa manusia mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah
yang bersifat menekan ataupun
masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya”. Aliran filsafat pendidikan modern ini memandang
bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Manusia memiliki sifat
dinamis dan kreatif dan di dukung oleh kecerdasannya sebagai bekal dalam
menghadapi dan memecahkan masalah. Aliran ini mengakui dan mengembangkan asas
progressivisme dalam sebuah kehidupan nyata. Tujuan pendidikan hendaknya
diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus agar siswa dapat
berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu menyesuaikan diri sesuai dengan
tuntutan dari lingkungan.
Para pendidik progressivisme ini mecoba
untuk mereformasi metode pendidikan di sekolah dasar. Sebagaimana sekolah
tradisional biasanya menekankan pelajaran terhadap subjek tertentu, membaca,
menulis, aritmetika, geografi, sejarah dan tata bahasa. Guru mengajar atau
mendiktekan pelajaran tersebut kemudian pelajar menuliskannya pada buku catatan
masing-masing. Murid kemudian mempelajari inti pokok dari apa yang ada dalam
buku catatan dan kemudian diperhadapkan kepada teks buku mereka. Guru
menjalankan tugasnya sepanjang pelajaran berlangsung kecuali pada saat para
murid diperintahkan untuk menghafalkan bahan pelajaran. Dan para murid duduk
pada jajaran meja tulis dan mereka tidak boleh berbicara kecuali dengan ijin
dari guru (Whitney, 1964: 716). Pada aliran progressivisme berusaha mereformasi
metode-metode pendidikan tradisional dimana pelaksanaan pendidkan masih
berpusat pada guru (teacher-centered)
dan bahan ajar (subject-centered). Metode-metode
tradisional seperti ini membuat siswa menjadi pasif dan siswa hanya belajar
melalui ingatan-ingatan yang telah ia pelajari saja.
Dalam aliran progressivme, pendidikan
berpusat pada siswa (student-centered)
dimana siswa diberi kebebasan untuk bertindak maupun cara berpikir guna mengembangkan
bakat dan keterampilan nya. Maka tidak heran apabila pendidikan progresivisme
selalu menenkankan tumbuh dan berkembangnya sikap mental dan pemikiran siswa
dalam pemecahan masalah dan kepercayaan pada diri sendiri untuk seluruh siswa. Aliran
ini menolak pengajaran yang bersifat otoriter karena mengakibatkan siswa
kesulitan untuk berkembang. Di dalam kelas siswa perlu mengekspresikan apa yang ada di pikiran siswa,
tidak hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru.
Teori Dewey
tentang sekolah lebih menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata
pelajaran itu sendiri. Pendidikan progressivisme menekankan pada metode
daripada materi. Siswa
sebagai subjek didik yang aktif, bukan pasif. Di dalam kelas, guru hanya
merupakan fasilitator, pembimbing dan pengarah. Kemudian aktifitas di sekolah
tidak hanya berfokus pada pengajaran materi pelajaran tetapi juga pada
aktivitas di kelas. Anak akan belajar lebih baik ketika bekerja dan menemukan
sendiri cara belajar mereka. Anak juga dapat mencari berbagai materi belajar
dan dapat menyelesaikan persoalan secara kelompok. Dengan begitu anak dapat
melakukan diskusi, drama dan pengalaman belajar lain dari teman sebayanya dapat
dilakukan disamping pelajaran dan kegiatan menghafal.
Adapun
yang menjadi prinsip pendidikan yang dianut oleh aliran progressivisme adalah:
-
Anak-anak
dibiarkan berkembang bebas secara alami.
-
Perhatian,
didorong langsung pada pengalaman, karean ini dianggap sebagai pendorong yang
paling baik dalam pengajaran.
-
Guru
harus menjadi seorang narasumber dan seorang pembimbing dan pengarah dalam
aktivititas pembelajaran.
-
Sekolah
seharusnya menjadi laboratorium bagi reformasi pendidikan dan tempat untuk
bereksperimen (Ornstein dan Levine, 1985:203)
Pendidikan
Pendidikan
menurut John Dewey adalah partisipasi individu dalam kesadaran sosial dan
perlombaan. Pendidikan perlu memperhitungkan bahwa siswa adalah makhluk sosial.
Proses dimulai setelah kecil dengan secara tidak sadar anak memperoleh
pengetahuan dan secara
bertahap anak mengembangkan pengetahuan mereka untuk berbagi dan ikut serta
dalam masyarakat.
Tujuan pendidikan
Tujuan
pendidikan adalah agar anak dapat bekerja. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pendidikan seharusnya merupakan wadah bagi pengembangan bakat dan minat anak
sepenuhnya, agar kelak anak memiliki keterampilan, pengalaman sosial dan
memiliki pengalaman dalam memecahkan masalah.
Sekolah
"Pendidikan
gagal karena mengabaikan prinsip dasar sekolah sebagai bentuk kehidupan
masyarakat. Disekolah sebagai tempat di mana informasi tertentu yang akan
diberikan, di mana pelajaran tertentu harus dipelajari, atau di mana kebiasaan
tertentu akan dibentuk ". Dewey merasa bahwa pendidikan merupakan
konstruksi sosial, karena itu merupakan bagian dari masyarakat dan harus
mencerminkan masyarakat.
Sekolah yang baik adalah sekolah
yang dapat memberi jaminan kepada siswanya selama ia belajar bahwa sekolah
harus mampu untuk membantu siswa dalam tumbuh dan berkembang serta memberi
keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya melalui bimbingan
guru. Oleh karena itu tujuan penyelenggaraan pendidikan dituangkan melalui
kurikulum yang jelas dan tepat.
Kurikulum pendidkan
Menurut Dewey, kurikulum di sekolah
harus mencerminkan perkembangan siswa dalam masyarakat. Oleh karena itu,
kurikulum haruslah fleksibel, tidak kaku, dapat berubah dan tidak terikat oleh
doktrin tertentu. Kurikulum harus mewadahi aspirasi siswa sehingga kurikulum
dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan siswa. Jadi, ketertarikan
siswa adalah tolak ukur bagi pengalaman belajar. Dalam pembelajaran, guru
menggunakan ketertarikan alamiah siswa untuk membantunya belajar berbagai
keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginannya.
Pada akhirnya, anak akan mendapatkan apa yang dibutuhkannya untuk menjalani
kehidupan sosial.
Peserta Didik
Di dalam
kelas siswa bukanlah pelaku pasif yang hanya mendengarkan guru menerangkan
pelajaran saja. Siswa belajar untuk hidup di masa depan, bukan hanya saat ini.
Untuk itu siswa membutuhkan seorang pendidik, bukan pengajar. Pendidikan seharusnya
tidak menuntut siswa untuk selalu menerapkan study oriented, karena pada kenyataannya yang di butuhkan siswa di
masa mendatang (untuk bekerja dan sebagainya) adalah sebuah penerapan
(praktek). Siswa merupakan bagian dari lingkungan (masyarakat), hidup dalam
interaksi dengan segala yang ada di dalam lingkungan.
Untuk itu
proses pembelajaran di dalam kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah,
serta situasi kelas diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis.
Metode Pendidikan
Metode
pendidikan yang biasanya digunakan oleh aliran progressivisme diantaranya
adalah:
-
Metode Pendidikan
aktif, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak untuk
mengekspresikan minat secara alamiah dan kegiatan yng diperlukan oleh anak.
-
Metode
Memonitor Kegiatan Belajar, mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri,
sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar
berlangsung kegiatan belajar tersebut
-
Metode
Penelitian Ilmiah, pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian
ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep
-
Sekolah
Sebagai Laboratorium Pembaharuan
Pendidikan,
Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai
laboratoriun pengembangan siswa.
-
dsb
Pendidik
Menurut progessivisme proses
pendidikan harus mengetahui kemampuan yang ada pada siswa yang akan
dikembangkan, selain itu guru juga harus mengetahui kemana anak didik itu harus
di arahkan.
Pada pembelajaran yang berpusat pada
anak, guru hanya mempunyai peranan-peranan sebagai berikut:
-
Fasilitator,
guru menyediakan dirinya untuk
memberikan jalan kepada siswa untuk kelancaran proses belajarnya.
-
Motifator, guru
mampu membangkitkan minat siswa untuk giat belajar dapat mengeluarkan semua
kemampuan yang ada dalam diri siswa.
-
Konselor,
guru dapat membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang
telah dihadapi setiap siswa dalam kegiatan belajar sendiri.
Dalam proses pendidikan peranan guru tidak langsung,
melainkan memberi petunjuk kepada siswa. Kebutuhan dan minat siswa yang akan
menentukan apa yang mereka pelajari. Anak dibiarkan untuk merencanakan
perkembangan diri sendiri, dan guru harus membimbing kegiatan belajar. Guru
perlu mengenali siswa terutama apabila dia memerlukan bantuan khusus. Guru
perlu memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa agar dapat
melaksanakan peran nya dengan baik dan tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar